Minggu, 21 Februari 2016

BUDIDAYA PADI VARIETAS IPB 3S



Budidaya Padi Varietas IPB 3S
Oleh : Sumarno, S.TP
KJF BKP4K Kabupaten Sambas
Tanaman padi varietas unggul yang dilepas pemerintah sudah sedemikian banyaknya, dari Varietas Unggul Baru (VUB), Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW), sampai varietas hasil rekayasa genetika yang berasal dari Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan perguruan tinggi. Selain varietas yang di lepas pemerintah ada juga varietas padi hasil rekayasa petani.
Varietas padi IPB 3S adalah keluaran perguruan tinggi dari Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) dan telah dilepas pemerintah dengan SK Pelepasan No. 1112/Kpts/SR.120/3/2012 dengan pemulianya adalah Dr. Hajrial Aswidinoor, Dr. Willy B. Suwarno, Dr. Desta Wirnas dan  Dr. Yudiwanti WE Kusumo. Berikut adalah deskripsi varietas IPB 3S :
DESKRIPSI VARIETAS PADI IPB 3S
SK Pelepasan No. 1112/Kpts/SR.120/3/2012
1
Asal persilangan
:
IPB 6-d-10s-1-1-1/Fatmawati
2
Golongan
:
Cere
3
Umur tanaman
:
+ 112 hari
4
Tinggi Tanaman
:
+ 118 cm
5
Anakan Produktif
:
7-11 batang
6
Bentuk tanaman
:
Tegak
7
Kerebahan
:
Tahan
8
Kerontokan
:
Sedang
9
Bentuk gabah
:
Medium
10
Warna Gabah
:
Kuning Jerami
11
Jumlah gabah permalai
:
223 butir
12
Rata-rata hasil
:
7,04 ton/ha GKG
13
Potensi hasil
:
11,23 ton/ha GKG
14
Bobot 1000 butir
:
+ 28,2 gram
15
Tektur nasi
:
Pulen
16
Kadar amilosa
:
+ 21,6 %


:

*   Ketahanan terhadap penyakit:
-    Tahan terhadap Tungro,
-    agak tahan terhadap blas ras 033,
-    agak tahan terhadap HDB ras III.
*   Anjuran tanam: Lahan irigasi dan tadah hujan, 0 – 600 m dpl

Teknologi Budidaya Padi Varietas IPB 3S
       
       Produktivitas tanaman padi akan mencapai puncak sesuai potensi genetiknya bila di budidayakan dengan baik sesuai rekomendasi budidaya yang di sampaikan oleh ahlinya. Berikut adalah rekomendasi budidaya tanaman padi varietas IPB 3S :
1.    Persemaian
-    Gunakan benih bermutu
-    Sebelum disemai, benih disortir dengan larutan garam. Buang benih yang mengapung/melayang. Benih yang tenggelam diambil, kemudian di cuci/bilas dengan air bersih sebelum direndam
-    Rendam benih sehari semalam dan beri perlakuan fungisida
-    Inkubasikan benih pada karung basah sampai tumbuh bakal akar
-    Pengamatan dan pengambilan ngengat dan telur ngengat penggerek batang
2.    Pengolahan Tanah
-    Olah tanah sempurna dan rata
-    Benamkan jerami
-    Aplikasikan pupuk organik hayati (Bio-organik) 300 kg/ha 1-3 hari sebelum tanam
3.    Penanaman
-    Pindah tanam bibit pada umur 10 – 14 hari setelah semai
-    Kondisi air pada saat tanam adalah “macak-macak”
-    Jarak Tanam yang digunakan: 20 cm x 20 cm dengan 2 -3 bibit/lubang atau 20 cm x 40 cm x 15 cm atau 25 cm x 35 cm dengan 3-4 bibit/lubang
-    Beri perlakuan pencelupan akar dengan probiotik
4.    Pengairan
-    Teknik irigasi berselang atau intermittent. Air dialirkan ke sawah hingga tergenang sekitar 5 cm dan dibiarkan hingga habis meresap ke tanah kemudian air dimasukkan kembali. Pengeringan dilakukan pada saat pemupukan dan 10 hari sebelum panen
5.    Pemupukan
-    Umur 5-7 hari setelah tanam (HST) di pupuk 100 kg NPK 15 15 15/ha + 50 kg Urea/Ha
-    Umur 21 HST di pupuk 100 kg NPK 15 15 15/ha + 50 kg Urea/Ha
-    Umur 35 HST di pupuk 100 kg NPK 15 15 15/Ha
-    Pupuk silika dosis 1 liter/Ha/aplikasi disemprotkan 2 (dua) kali pada umur 10 dan 30 HST. Diusahakan tidak ada hujan 4 jam setelah penyemprotan
-    Atau pemupukan  berdasar rekomendasi setempat
6.    Pengendalian Hama dan Penyakit
-    Lakukan pengamatan setiap hari terutama hingga umur 1 bulan terhadap :
a.  Keberadaan hama wereng dan telurnya di pangkal batang
b.  Keberadaan ngengat (penerbangan) dan telur penggerek batang
c.  Keberadaan kepinding tanah di pangkal batang
d.  Keberadaan kupu-kupu/ngengat hama putih palsu
e.  Dilakukan gerakan pengendalian hama tikus dan penerapan LTBS
f.  Penyemprotan dengan insektisida untuk penggerek batang, dan wereng apabila diperlukan, serta fungisida untuk kresek dan blas pada saat stadia bunting kecil dan setelah keluar malai merata
7.    Pemanenan
-    Lakukan pemanenan setelah sekitar 90% bulir padi mengering
-    Lakukan panen setelah embun kering dan tidak waktu hujan
-    Segera dirontok setelah panen dengan menggunakan threser dan alas 9 m x 9 m
-    Apabila gabah diproses oleh petani lakukan segera pengeringan
-    Apabila tersedia dianjurkan menggunakan jasa alat mesin pemanen (combine harvester)

      Budidaya tanaman padi IPB 3S secara umum sama dengan budidaya tanaman padi lainnya, namun demikian banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman padi tersebut dari masalah kualitas benih, varietas, tingkat kesuburan tanah/pengolahan tanah dan keseimbangan pemupukan, ketersediaan air, keseimbangan ekologis dan organisme pengganggu tanaman.
     Pada dasarnya panca usaha pertanian masih menjadi rujukan dengan tidak meninggalkan rekomendasi budidaya spesifik lokasi dalam bercocoktanam  padi.

Bahan bacaan :
1.  Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 2015, Teknologi Budidaya Padi Varietas IPB 3S.
2.  Intitut Pertanian Bogor, 2013. Varietas tanaman unggul.   dri.ipb.ac.id/PDF_file/Buku_varietas_3%20Feb%202014.pdf